F1 dan Seninya.

Tulisan ini gue tulis karena ada artikel dari mojok.co yang menggelitik gue karena tulisannya yang sangat subjektif. Gue akan coba membalas dengan objektif, tapi sepertinya sulit. Ahahahahahha.

Formula 1, Puncak Olahraga MotorSport.

Gue mengikuti skena Formula 1 dari tahun 1999, disaat rivalitas Mika Hakkinen dan Michael Schumacher sedang ada di puncaknya

Poin poin yang disampaikan oleh Arief Rahman Nur Fadhilah sebagai berikut

  • Klaim “Pinnacle of Motorsport”
  • Minim Overtake
  • Pemenang mudah ditebak
  • Kesenjangan antar tim
  • Drama
  • Drive to Survive

Mari kita bahas satu per satu

  • Pinnacle of Motorsport

Lo beneran berargumen kalo klaim “Pinnacle of Motorsport” ini tidak sesuai? 

Mari belajar dari sejarahnya, F1 adalah olahraga para bangsawan eropa yang menyukai olahraga balap, tentunya dengan uang yang bergelimang segitu banyaknya, tentu mereka menuntut para jenius di bidang otomotif untuk ikut. Mulai dari ahli mesin, aerodinamika, ban, suspensi dan semua komponen yang ada di dalam mobil. Emang ada yang melebihi prestis dari Formula 1?

Bahkan hingga sekarang, masih banyak yang punya opini “Pembalap F1 mah bukan atlet, mereka cuma nyetir mobil, gue juga bisa”. Coba deh main Game F1, tapi semua assist off. Kalo bisa jalanin itu mobil, lo hebat.

Jadi, masih mempertanyakan statusnya?

  • Minim Overtake

Kalo gini cara pikir lo, ya gue gabisa debat sih. Karena F1 itu lebih dari sekedar Overtake, ada strategi pit, Ban, mental dan masih banyak lagi. Jadi kalo dasar lo nonton F1 adalah overtake, lo ga ada bedanya sama penonton bola yang cuma nonton dari highlight dan ga bisa nikmatin pertandingan dalam 90 menit yang bisa melihat secara bird eye

  • Pemenang mudah ditebak

Jika lo membandingkan ini dengan Formula E, dude come on. Formula E itu pake chassis dan mesin yang sama. Lo sulit kreatif di formula E. 

Gue setuju kalo Formula E itu memang menyajikan banyak overtake, sulitnya dominasi dan pergantian pemenang di setiap balapannya, tapi dari sisi kreatif tim dalam membuat sebuah mobil tidak bisa dibandingkan dengan Formula 1 yang bisa dibilang membalap “dengan Kertas Kosong” 

Ini berkesinambungan dengan poin selanjutnya

  • Kesenjangan Antar tim

Ini sama aja kayak Manchester City di liga inggris sih, semakin banyak uang lo, semakin besar peluang lo buat juara. 

Semakin lo berprestasi, semakin banyak sponsor masuk, jadi menurut gue ga ada yang salah dengan ini

Gue adalah penikmat skena F1 dari era Mika Hakkinen dan Michael Schumacher sebelum Schumi mendominasi selama 5 musim beruntun. 

Gue tim Silver-Arrow since day one

Gue ga suka dominasi, begitupun ketika Lewis Hamilton dominasi sejak 2014, gue males nonton front row karena ya dia lagi dia lagi, gue jadi lebih seru nonton mid-table, 

  • Drama dan Drive to Survive

Sekarang sepak bola aja sisi dramanya dijual, mulai dari dokumenternya hingga game menampilkan sisi drama demi mendulang pundi pundi uang dari para penggemar. 

Sekian, terima kasih

Tentang garudasenayan
bisa dibilang penulis karena gue punya blog. bisa dibilang budak korporat karena masih kerja sama orang, bisa dibilang RailFans karena gue suka banget sama kereta, bisa juga lo bilang gue ganteng karena nyokap gua bilang begitu

Tinggalkan komentar